Melawan Barat dengan Minyak

Iran adalah penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Timur Tengah dan di Organisasi Negara-negara Pengeskpor Minyak (OPEC) setelah Arab Saudi dan Rusia. Perkembangan di Republik Iran dalam dua pekan terakhir, tak pelak, membawa dapak fluktuasi harga minyak dua pekan terakhir.

Pada minggu pertama tahun ini, harga minyak di pasar dunia naik hingga ke level US$ 107 per barel, pekan lalu. Bukan hanya harga minyak mentah yang sebenarnya terkena dampak perkembangan yang terjadi di “negeri mullah”itu. Gas bumi juga dipastikan akan terimbas. Ini tidak lain karena Iran adalah negeri penghasil has terbesar kedua di dunia. Qatar menjadi negara dengan cadangan gas terbesar ketiga dunia (lihat artikel saya: 15 Negara dengan Cadangan Gas Terbesar Dunia).

Sumber utama gas Iran berada di South Pars Field, yang dibagi dengan Qatar. Qatar menguasai sumber gas yang diberi nama North Dome Field. Seluruh cadangan itu berada di wilayah seluas 9.700 kilometer persegi. Sebanyak 3.700 kilometer persegi di antaranya dimiliki Iran.

Cadangan itu ditemukan perusahaan minyak nasional Iran (NIOC) pada 1990 dan diperkirakan memiliki cadangan gas sebanyak 2.000 trilyun kubik kaki (TCF). Dengan recovery factor sebesar 70%, cadangan gas di wilayah itu bisa diangkat sebanyak 1.270 TCF. Jumlah ini setara dengan 19% dari total cadangan gas dunia.

Di samping gas, wilayah itu juga menghasilkan kondensat minyak sebanyak 50 miliar barel dan helium sebanyak 10 miliar meter kubik. Cadangan helium ini setara dengan 25% cadangan dunia.

Sesuai dengan jatahnya, Iran memiliki bagian 500 TCF atau sekitar 360 TCF, dengan recovery factor 70%. Jumlah ini menyumbang 36% dari total cadangan gas Iran atau setara dengan 5,6% cadangan dunia. Bisa dibayangkan, berapa pendapatan Iran dari ladang gas ini saja.

Seluruh cadangan gas itu dieksploitasi bersama sejumlah perusahaan dunia, seperti TotalFinaEni, Gazprom, Petronas, Agip, Statoil, Shell, Repsol, India Oil Company, Sinopec, dan CNPC. Produksi perdana dari ladang itu terjadi pada juli 2003 dengan rata-rata 1 miliar kubik per hari, plus 40.000 barel kondensat gas.

Namun, karena ancaman sanksi AS dan UE, sebagian besar kontraktor gas tersebut keluar perjanjian itu. Yang tersisa adalah kontraktor asal Cina dan Rusia. Untuk mengatasinya, NIOC berencana mengelola sendiri delapan dari 29 tahapan sisa dalam garapan ladang tersebut.

Semua itu masih ditambah dengan temuan ladang gas baru di Provinsi Bushehr. Diperkirakan, 7,4 TCF gas dan 7,7 juta kondesat terdapat di dalamnya. Temuan ini diumumkan pemerintah pada Januari tahun lalu.

Dengan semua kekayaan tersebut, Iran memang memiliki modal untuk “melawan” Barat. Apalagi, di dalamnya terdapat unsur Cina dan Rusia. Pada saat yang sama, semua ini tidak menghasikan devisa bagi Teheran jikan sanksi jadi dijatuhkan.

Sumber: Gatra

Tinggalkan komentar